SEJARAH MOROTAI

Penduduk Desa Daeo Pulau Morotai, 1945.

Morotai

Disebutkan pertama kali pada era ke-15 dikala Portugis tiba ke Moloku Kie Raha (Maluku Utara), mereka menemukan bahwa pantai timur Halmahera, yang disebut Morotia, dan pulau Morotai dihuni oleh orang-orang yang dikenal sebagai “Orang Moro”.
Morotai pada era ke-13 hingga pada era ke-15 berada dibawa wilayah kerjaan Morotia yang berada di daratan Utara pulau Halmahera yang dipimpin seorang Raja berjulukan Tioliza.
Wilayah Morotai mayoritas penduduknya dari etnis Galela dan Tobelo yang sudah beragama Islam,Kristen serta sebagiannya masih percaya pada agama lelehur (animisme), yaitu Gikimoi (galela) dan Gikirimoi (Tobelo).
Baca : Cerita Suku Togale
Kampung-kampung penting kerajaan Morotia di Morotai adalah:
1. Sakita
2. Mira
3. Cio
4. Rao.
Pada masa Sultan Tabariji (1533-1535), Misi Jusuit Nasrani di Gamlamo kemudian mengutus Frater Simon Vas oleh Gubernur Vincente da Fonceca (1532-1534), ke Morotai dan berhasil 'merombak' trdisi orang-orang Morotai dan merekonstruksinya dengan keyakinan Kristiani. Hingga 1535 pusat-pusat kristen telah berdiri di Morotai, Sakita, Mira, Sopi, Cio, Hapo, Wayabula, Pilowo dan Rao.
Pada masa Sultan Khairun Jamil (1535-1570), pada tahun 1545 seorang pastor Vikaris Simon Vas yang di utus oleh Gubernur Tristao de Ataide (1534-1537), untuk misi Jesuit di Morotai Sao (cio) namun ia dibunuh dikala tengah melaksanakan pembatisan oleh rakyat setempat. Sangaji Cio dan beberapa orang Portugis juga tewas. Dan semenjak insiden pembunuhan pastor Vikaria Simon Vas, tidak ada lagi pejabat Misi Jesuit yang berkunjung ke Morotai, sehingga orang-orang Sao (cio) yang beragama Kristen banyak yang mulai murtad.
Pada tanggal 29 September 1546
Franciscus Xaverius melaksanakan misi Jesuit di Morotai untuk mengantikan pastor Vikaris Simon Vas yanh dibunuh pada tahun 1545 di Morotai.
FX melaksanakan Misi Jesuit ke Sao (cio) kemudian ia meneruskan pelayarannya ke Lofao,Pangeo, dan Misio, kemudian ke Wayabula, Pilowo, Juanga, Momojiu, Mira, dan Sakita. Kampung-kampung terakhir ini ialah sentra Misi Jesuit di Morotai Utara.
Orang Morotai sangat kental respek terhadap salib, gereja, orang suci Kristen, dan nama Jesus Kristus. Menurut keyakinan mereka, semuanya itu akan memberi kekuatan kepada mereka baik secara individual maupun kolektif.
Baca : Kapita Labolontio
Di Sakita (morotai), dikala terjadi kemarau panjang, kepala desanya pergi ke gereja dan berdoa minta hujan dengan cara memukul-mukul dada, kemudian mengankat sebuah piring berisi minyak kelapa yang biasa dijadikan lampu sembari berdoa kepada Tuhan untuk mendatangkan hujan. Setelah itu kepala desa memberitahukan seluruh penduduk bahwa kalau menghendaki hujan turun, semua rakyat harus membawa minyak kelapa ke gereja sebagai sedekah (Amal 2006:218).
Ketika Sultan Babullah Datu Syah (1570-1583), menaklukkan Kerajan Moro pada perempatan terakhir era ke-16, Babullah mengabungkan Kerajaan Moro baik Mortia dan Morotai kedalam wilayah kekuasaan Ternate. Bahkan Sultan Babullah mengirim ekspedisi militer ke Galela, kemudian ke Tolo (tobelo), dan ke Morotai.
Pada masa Sultan Mudaffar Syah I (1607 - 1627), Orang morotai (moro) sebanyak 800 orang dijadikan pengayuh bahtera kesultanan dalam setiap ekspedisi.
Pada masa Sultan Sibori Amsterdam (1672-1690) tepatnya pada 1686 sejumlah orang Moro yang berasal dari Morotai, Cio, Sopi, Sakita dan Mira di pindahkan ke Jailolo dan Dodinga.
Versi Tobelo wacana asal muasal orang Galela dan Tobelo yang berawal dari Telaga Lina menyampaikan bahwa Morotai atau Morodai ialah salah satu Hoana (kampung) di telaga Lina.
Kata Morodai berarti moro dari matahari terbit atau moro yang berada di bab timur.
Sama dengan hoana morodina maka hoana morodai juga terbentuk alasannya kerajaan Moro yang terbagi dua. Sehingga kekerabatan masyarakat yang berada di pesisir Galela dengan masyarakat Tobelo pasca rekonsiliasi Tona Malangi membentuk kampung-kampung gres di pulau Morotai, alasannya menurut pengguna dialek kadai (yaitu adonan dialek bahasa Galela dan Tobelo).
Sistem kekerabatan yang telah terbangun ini menciptakan kelompok masyarakat yang berasal dari kampung-kampung pesisir Galela tolong-menolong dengan orang-orang dari Tobelo memakai Morotai sebagai kerikil loncatan untuk mengibarkan panji-panji Canga serta ikut juga sebagai pasukan perang Kesultanan Ternate dan yang lainnya sebagai pasukan perang kesultanan Tidore. Sehingga komunitas masyarakat Galela yang tersebar mulai dari pulau Morotai pantai Timur dan Selatan Halmahera Bacan, Obi, Seram Barat hingga ke Seram timur, Buton, Banggai bahkan hingga ke Filiphina Selatan berasal dari komunitas kerajaan Moro matahari terbit.
Bahasa yang yang digunakan diwilayah Morotai sanggup dilihat dari etnis yang lebih mayoritas yaitu etnis Galela dan Tobelo persebaran bahasa Galela dan Tobelo sanggup lihat dalam setiap kampung-kampung yang berada di Morotai sebagai berikut:
Bahasa Galela tersebar di 5 Kecamatan dan 56 kelurahan/desa.
Di Kecamatan Morotai Utara terdapat di Desa:
1. Bere-Bere
2. Sakita
3. Tawakuli
4. Yao
5. Bido
6. Garua
7. Korago
8. Lusuma
9. Kenari
Di Kecamatan Morotai Timur terdapat di Desa:
1. Bohu-Bohu
2. Wewemo
3. Mira
4. Lifao
5.
6. Sambiki
7. Sangowo
8. Sambiki Baru
Di Kecamatan Morotai Selatan terdapat di Desa:
1. Gotalamo
2. Daruba
3. Darame
4. Pandanga
5. Juanga
6. Totodoku
7. Momujiu
8. Sabatai Baru
9. Sabatai Tua
10. Daeo
11. Dehegila
12. Pilawo
13. Galo-Galo
14. Kolorae
15. Yayasan
16. Joubela
17. Aha
Di Kecamatan Morotai Jaya Terdapat di Desa:
1. Pangeo
2. Sopi
3. Bere-Bere Kecil
4. Titigogol
5. Hapo
6. Libano
7. Aru
8. Towara
9. Cendana
Di Kecamatan Morotai Selatan Barat terdapat di Desa:
1. Wayabula
2. Tiley
3. Ngele-Ngele Kecil
4. Cucu Mare
5. Aru Irian
6. Waringin
7. Tutuhu
8. Cio
9. Posi-posi
10. Aru Burung
11. Loumadoro.
Sedangkan Bahasa Tobelo tersebar di 5 Kecamatan dan 26 kelurahan/desa.
Di Kecamatan Morotai Utara terdapat di desa:
1. Bere-Bere
2. Sakita
Di Kecamatan Morotai Timur terdapat di desa:
1. Bohu-Bohu
2. Sangowo
3. Sambiki Baru
Di Kecamatan Morotai Selatan terdapat di desa:
1. Gotalamo
2. Daruba
3. Darame
4. Wawama
5. Pandanga
6. Juanga
7. Totodoku
8. Momojiu
9. Sabatai Baru
10. Daeo
11. Pilowo
12. Galo-Galo
13. Kolorae
14. Yayasan
15. Aha
16. Muhajirin
Di Kecamatan Morotai Jaya terdapat di desa:
1. Pangeo
2. Sopi
3. Aru
Di Kecamatan Morotai Selatan Barat tetdapat di desa:
1. Wayabula
2. Tiley
3. Saminyamau.
Dari ulasan sejarah wacana Morotai di atas baik yang saya kutip dari banyak sekali sumber buku biar menambah khanzana pengetahuan serta bermanfaat terhadap pembaca untuk lebih mengenal sejarah Maluku Utara.
Meskipun Ulasan Sejarah di atas tidak tepat dan masih banyak kekurangan yang perlu saya perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan saya wacana disiplin Ilmu Sejarah serta tumpuan yang didapat. Oleh alasannya itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat saya harapkan sebagai materi penilaian untuk kedepannya.